Portal Distribusi Berita
Berita yang Menginspirasi dan Mencerahkan
Mau tahu tentang kami lebih dalam ? Jangan sungkan ya, silahkan kunjungi halaman ini
Aksi Iklim Sektor Energi : Melampaui Dana CSR dan Program Reklamasi Pasca-Tambang
1000
70
0
Bagikan
Sektor energi—mencakup minyak, gas, dan pertambangan (terutama batu bara)—secara historis memiliki program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) yang sangat besar. Program ini sering dikenal sebagai Program Pengembangan Masyarakat (PPM) atau ComRel (Community Relations). Fokusnya adalah memberikan "lisensi sosial untuk beroperasi" (social license to operate) melalui pembangunan infrastruktur desa, beasiswa, layanan kesehatan, dan reklamasi lahan pasca-tambang.
Namun, di tengah krisis iklim, sebuah paradoks besar muncul. Publik dan investor global mulai menyoroti bahwa program CSR filantropis ini, meskipun bernilai miliaran, seakan menjadi "penyeimbang" dari inti bisnis mereka yang justru menjadi sumber utama emisi karbon global.
Kini, tuntutan bergeser drastis: dari sekadar "mengkompensasi" dampak sosial di sekitar wilayah operasi, menjadi "mentransformasi" inti bisnis itu sendiri.
Beda Aksi: Beasiswa Desa vs. Transisi Portofolio
Perbedaan antara kedua pendekatan ini sangat fundamental di sektor energi:
- Aksi Sosial Lingkungan (PPM/Filantropi): Ini adalah aksi eksternal yang sering kali bersifat wajib (seperti reklamasi) atau semi-wajib untuk menjaga stabilitas sosial. Contoh: membangun jalan, sekolah, puskesmas di lingkar tambang, atau menanam pohon di lahan yang sudah tidak produktif.
- Aksi Pengurangan Jejak Karbon (Inti Bisnis): Ini adalah aksi internal yang menyentuh Scope 1 (emisi dari proses penambangan/pengeboran) dan Scope 3 (emisi yang dihasilkan saat pelanggan membakar produk mereka, seperti batu bara atau bensin). Aksi ini mempertanyakan kelangsungan bisnis fosil itu sendiri.
Pendorong Pergeseran di Sektor Energi
Mengapa perusahaan energi raksasa kini "dipaksa" berbicara tentang transisi?
- Tekanan Divestasi Investor (ESG): Ini adalah pendorong terbesar. Dana pensiun global, manajer aset, dan bank-bank besar kini berada di bawah tekanan untuk melakukan divestasi—menjual kepemilikan saham mereka—dari perusahaan yang masih sangat bergantung pada batu bara atau bahan bakar fosil yang tidak memiliki rencana transisi.
- Risiko Aset Terdampar (Stranded Assets): Regulasi iklim global (seperti pajak karbon atau pembatasan emisi) mengancam cadangan batu bara atau minyak di bawah tanah. Aset-aset ini berisiko menjadi "terdampar", yaitu tidak dapat diekstraksi secara ekonomis atau legal, yang akan menghancurkan nilai perusahaan.
- Tuntutan Regulasi (Net Zero Commitment): Banyak negara telah menetapkan target Net Zero Emission (NZE). Perusahaan energi milik negara atau yang beroperasi di negara-negara tersebut dipaksa untuk menyusun peta jalan dekarbonisasi yang sejalan dengan target nasional.
Contoh Nyata Aksi Karbon Sektor Energi & Tambang
Jika CSR konvensional adalah menanam pohon di lahan reklamasi, maka aksi iklim modern adalah mengubah fundamental bisnis:
- Diversifikasi ke Energi Terbarukan (EBT): Aksi paling nyata adalah ketika perusahaan tambang batu bara atau migas membentuk anak usaha baru dan menginvestasikan laba mereka untuk membangun pembangkit listrik non-fosil, seperti Panas Bumi (Geothermal), PLTS (Surya), atau PLTA (Air).
- Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS): Alih-alih melepaskan CO2 dari proses produksi (misalnya di kilang gas), perusahaan menginvestasikan teknologi mahal untuk menangkap CO2 tersebut dan menyuntikkannya kembali ke dalam lapisan bumi (reservoir) agar tidak lepas ke atmosfer.
- Pengurangan Emisi Metana: Menghentikan praktik flaring (pembakaran gas sisa) di sumur minyak dan gas. Serta, berinvestasi pada teknologi untuk menangkap emisi metana (gas rumah kaca yang jauh lebih kuat dari CO2) yang bocor dari tambang batu bara bawah tanah.
- Reklamasi Produktif: Mengubah paradigma reklamasi. Lahan pasca-tambang tidak hanya ditanami pohon kembali, tetapi dialihfungsikan menjadi area produktif rendah karbon, seperti instalasi PLTS skala besar (Solar Farm).
Sinergi: Ketika PPM Mendukung Transisi Energi
Program CSR (PPM) kini dapat diarahkan untuk mendukung aksi inti. Contoh: Sebuah perusahaan energi yang sedang membangun proyek panas bumi (aksi inti), menggunakan dana PPM-nya untuk memberikan pelatihan dan sertifikasi bagi pemuda-pemudi lokal agar siap bekerja sebagai teknisi di proyek EBT tersebut (aksi eksternal).
Pada akhirnya, reputasi dan keberlanjutan perusahaan energi di masa depan tidak lagi diukur dari seberapa besar dana PPM yang mereka gelontorkan, tetapi dari seberapa serius dan seberapa cepat mereka mengeksekusi transisi portofolio bisnis mereka dari energi fosil ke energi bersih.
Berita Terbaru
Nomor Telepon Penting