Portal Distribusi Berita

Berita yang Menginspirasi dan Mencerahkan

Tetap terhubung dan mengetahui produk dan jasa terbaru dari kami, silahkan kunjungi halaman ini

tristek

Aksi Iklim Sektor Keuangan : Dari Beasiswa Lingkungan ke Portofolio Investasi Hijau

Rabu, 22 Oktober 2025
1000
70
0
Bagikan

Aksi Iklim Sektor Keuangan : Dari Beasiswa Lingkungan ke Portofolio Investasi Hijau

Selama ini, kita mungkin mengenal program CSR (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan) dari sektor perbankan atau jasa keuangan dalam bentuk filantropi klasik. Program seperti beasiswa untuk mahasiswa berprestasi di bidang lingkungan, donasi untuk konservasi hutan, atau program literasi keuangan hijau untuk UMKM.

Ini adalah aksi sosial yang mulia. Namun, di tengah desakan krisis iklim, sorotan publik kini beralih pada pertanyaan yang jauh lebih fundamental: "Ke mana uang bank tersebut dialirkan?" Ironis jika sebuah bank memiliki program CSR penanaman mangrove, namun di saat yang sama portofolio kredit terbesarnya adalah untuk mendanai pembukaan lahan tambang batu bara.

Di sinilah letak pergeseran krusial: dari aksi sosial eksternal ke aksi pengurangan jejak karbon yang sistemik.

Beda Aksi: Donasi Konservasi vs. Portofolio Kredit

Jejak karbon sektor keuangan terbagi dua: jejak karbon operasional (gedung kantor) dan jejak karbon terdanai (financed emissions).

  1. Aksi Sosial Lingkungan (Filantropi): Ini adalah aksi eksternal. Contohnya, mensponsori seminar perubahan iklim, mendanai UMKM pengrajin daur ulang, atau program adopsi terumbu karang. Aksi ini membangun citra positif.
  2. Aksi Pengurangan Jejak Karbon (Operasional & Terdanai):

    • Operasional: Mengurangi jejak karbon internal, seperti membuat gedung kantor pusat menjadi green building, mengurangi perjalanan dinas, dan menggunakan data center yang efisien.
    • Terdanai (Paling Penting): Ini adalah aksi inti. Yaitu mengukur dan mengurangi emisi karbon yang dihasilkan dari perusahaan atau proyek yang mereka danai (investasi, kredit, atau asuransi).

    Pendorong Pergeseran di Sektor Keuangan

    Mengapa bank dan investor kini didesak untuk melihat portofolio mereka?

    • Manajemen Risiko (Risk Management): Ini adalah alasan terbesar. Perubahan iklim menciptakan risiko finansial. Proyek yang tidak ramah lingkungan (misal: PLTU batu bara) berisiko menjadi "aset terdampar" (stranded assets) karena regulasi yang semakin ketat. Bank yang terlalu banyak memberi kredit ke sektor ini berisiko tinggi mengalami kredit macet.

    • Tuntutan Investor Global (Prinsip ESG): Lembaga pengelola dana global (seperti BlackRock, Vanguard) kini mengadopsi prinsip Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG). Mereka hanya mau berinvestasi pada bank atau perusahaan yang memiliki portofolio "bersih" dan strategi dekarbonisasi yang jelas.
    • Regulasi (Taksonomi Hijau): Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia telah meluncurkan "Taksonomi Hijau", yaitu panduan yang mengklasifikasikan mana aktivitas ekonomi yang dianggap "hijau" dan mana yang "merah". Perbankan didorong untuk melaporkan dan memperbanyak portofolio hijau mereka.

    Contoh Nyata Aksi Karbon Sektor Keuangan

    Jika CSR konvensional adalah memberi donasi, maka aksi iklim modern adalah mengubah strategi bisnis inti:

    • Pembiayaan Hijau (Green Financing): Secara proaktif meluncurkan produk kredit khusus dengan bunga lebih rendah untuk proyek-proyek ramah lingkungan, seperti pembangunan panel surya atap, pembelian kendaraan listrik, atau KPR untuk rumah bersertifikat green building.
    • Penerbitan Obligasi Hijau (Green Bonds): Bank atau perusahaan menerbitkan obligasi yang dananya secara spesifik dijamin akan digunakan untuk membiayai proyek hijau, seperti pembangunan pembangkit listrik tenaga angin atau panas bumi.
    • Divestasi dari Industri 'Kotor': Ini adalah langkah paling berani. Secara bertahap (atau total) menghentikan aliran kredit dan investasi baru ke sektor-sektor yang dianggap perusak iklim utama, seperti tambang batu bara atau perkebunan yang tidak tersertifikasi berkelanjutan.
    • Manajemen Aset Berbasis ESG: Perusahaan manajer investasi meluncurkan produk reksa dana "ESG Funds" yang hanya berisi saham-saham perusahaan yang lolos skrining lingkungan dan sosial yang ketat.

    Sinergi: Ketika Literasi Mendukung Portofolio

    Aksi sosial kini berperan sebagai pendukung aksi inti. Setelah sebuah bank meluncurkan produk "Kredit Hijau" (aksi inti), mereka dapat menggunakan program CSR-nya untuk melakukan literasi dan edukasi pasar (aksi eksternal) agar masyarakat dan pelaku usaha mau mengambil kredit tersebut.

    Pada akhirnya, komitmen hijau sebuah bank tidak lagi diukur dari seberapa banyak beasiswa yang mereka berikan, tetapi dari seberapa besar persentase portofolio kredit mereka yang berkontribusi pada transisi energi bersih.


    Berita Terbaru