Portal Distribusi Berita

Berita yang Menginspirasi dan Mencerahkan

Mau tahu tentang kami lebih dalam ? Jangan sungkan ya, silahkan kunjungi halaman ini

tristek

Dari Taman Kompleks ke 'Green Building' : Aksi Iklim Sektor Properti Bukan Lagi Sekadar Kosmetik Hijau

Rabu, 22 Oktober 2025
1000
70
0
Bagikan

Dari Taman Kompleks ke 'Green Building' : Aksi Iklim Sektor Properti Bukan Lagi Sekadar Kosmetik Hijau

Selama ini, citra "hijau" di sektor properti dan konstruksi sering kali identik dengan lansekap. Pengembang berlomba-lomba mempromosikan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang luas, taman-taman tematik, atau program penanaman pohon di sepanjang jalan utama perumahan. Program CSR mereka pun berfokus pada pembangunan fasilitas sosial (fasos) atau perbaikan infrastruktur di kampung sekitar proyek.

Aksi-aksi ini penting untuk estetika dan hubungan komunitas. Namun, mereka nyaris tidak menyentuh dampak lingkungan sesungguhnya dari industri ini, yang terkenal sebagai salah satu konsumen energi dan material mentah terbesar di dunia.

Kini, fokus bergeser dari "penghijauan" yang terlihat di permukaan, ke aksi dekarbonisasi yang tertanam di dalam struktur: dari semen yang digunakan hingga sistem AC yang dipasang.

Beda Aksi: Fasos/Fasum vs. Jejak Karbon Gedung

Dalam industri properti, jejak karbon terbagi dua: embodied (tersirat) dan operational (operasional).

  1. Aksi Sosial Lingkungan (Filantropi): Ini adalah aksi eksternal yang sering kali menjadi bagian dari kewajiban pengembang. Contoh: Membangun taman publik, menyediakan fasilitas olahraga untuk warga, atau memperbaiki jalan desa. Aksi ini positif, namun tidak mengurangi jejak karbon dari "produk" utamanya, yaitu bangunan.
  2. Aksi Pengurangan Jejak Karbon (Inti Bisnis): Ini adalah aksi internal yang berfokus pada siklus hidup bangunan:
    • Embodied Carbon (Karbon Tersirat): Emisi yang dihasilkan dari seluruh proses manufaktur material (semen, baja, kaca) dan proses konstruksi di lapangan (alat berat, transportasi material).
    • Operational Carbon (Karbon Operasional): Emisi yang dihasilkan selama bangunan itu dihuni atau dioperasikan, terutama dari konsumsi listrik untuk AC, pencahayaan, lift, dan pompa air.

    Pendorong Pergeseran di Sektor Properti

    Mengapa pengembang kini "dipaksa" memikirkan emisi semen dan AC?

    • Permintaan Penyewa Korporat (B2B): Banyak perusahaan multinasional kini memiliki mandat global untuk hanya berkantor di gedung yang memiliki sertifikasi Green Building (seperti LEED, BREEAM, atau Greenship di Indonesia). Ini adalah syarat mutlak untuk memenuhi target ESG mereka.
    • Regulasi dan Insentif Pemerintah: Banyak pemerintah daerah (seperti DKI Jakarta) telah mewajibkan standar bangunan hijau untuk gedung-gedung dengan luasan tertentu. Di sisi lain, ada insentif (seperti kemudahan perizinan atau "Pinjaman Hijau" dari bank) bagi pengembang yang patuh.
    • Efisiensi Biaya Operasional: Green Building dirancang untuk hemat. Konsumsi listrik dan air yang lebih rendah berarti biaya layanan (service charge) yang lebih murah. Ini menjadi nilai jual utama, baik untuk penyewa perkantoran maupun pembeli apartemen/rumah.
    • Tuntutan Investor: Investor dan lembaga keuangan lebih suka mendanai proyek yang "hijau" karena dianggap memiliki risiko jangka panjang yang lebih rendah.

    Contoh Nyata Aksi Karbon Sektor Konstruksi & Properti

    Jika CSR konvensional adalah menanam pohon palem di gerbang, maka aksi iklim modern adalah memilih material di balik dinding:

    • Mengurangi Embodied Carbon:
      • Menggunakan material alternatif rendah karbon, seperti semen campuran (misalnya dengan fly ash) yang mengurangi penggunaan clinker (produsen emisi terbesar semen).
      • Menggunakan baja daur ulang.
      • Menerapkan metode konstruksi prefabricated (prefab) yang mengurangi limbah di lokasi proyek.
      • Memprioritaskan material yang bersumber lokal untuk memangkas emisi transportasi.
    • Mengurangi Operational Carbon (Prinsip Green Building):
      • Desain Pasif: Merancang fasad (selubung) bangunan yang bisa mengurangi panas matahari masuk, sehingga beban kerja AC (konsumen listrik terbesar) berkurang.
      • Energi Terbarukan: Memasang panel surya (PLTS Atap) dalam skala besar di atap gedung, mal, atau pabrik.
      • Efisiensi Air: Menerapkan sistem rainwater harvesting (pemanen air hujan) dan daur ulang air limbah (greywater) untuk menyiram tanaman atau flushing toilet.
      • Sistem Efisien: Menggunakan lampu LED dengan sensor gerak dan sistem AC berefisiensi tinggi (seperti VRF).

      Sinergi: Ketika Fasum Mendukung Aksi Inti

      Aksi sosial kini dapat dirancang untuk mendukung aksi inti. Contoh: Sebuah pengembang membangun apartemen bersertifikat Green Building (aksi inti). Mereka kemudian menggunakan fasilitas sosial (fasum) di apartemen itu untuk program CSR berupa edukasi bagi penghuni tentang cara kerja smart meter listrik dan cara memilah sampah (aksi eksternal).

      Pada akhirnya, nilai "hijau" sebuah properti tidak lagi diukur dari seberapa luas tamannya, tetapi dari seberapa rendah tagihan listrik bulanannya dan seberapa bertanggung jawab material yang digunakan untuk membangunnya.


      Berita Terbaru